Sa'ad bin Abi Waqash, menjadi mualaf diusia muda, ulama sepakat mengatakan pada umur 12 tahun, Sa'ad adalah anak yang terlahir dari keluarga bangsawan Arab, dan merupakan anak yang sangat dekat dan taat pada ibunya.
Suatu ketika, keislaman Sa'ad bin Abi Waqash diketahui oleh ibunya, sehingga ibunya sangat marah dan mengatakan kepada sa'ad akan berhenti makan. Begitulah yang terjadi.
Ibu Sa'ad benar-benar berhenti makan sejak mendengar kabar itu, Sa'ad bawakan hidangan ke hadapan ibunya, hingga hidangan itu basi kemudian saat ganti hidangan baru, hingga tiga hari. Ibunya pun tampak merasa lemas kemudian bicara.
"Ibu adalah yang paling saya sayang, saya tidak tega melihat ibu seperti ini. Tapi, jika soal meninggalkan Agama Muhammad (Islam), jika semisal ibu mempunyai 100 nyawa kemudian saya dipaksa untuk melihat satu persatu nyawa itu keluar dari raga ibu dengan rasa sakit, mungkin saya tidak tega. Tapi kalau meninggalkan Islam, saya tidak akan melakukan selama lamanya". Hingga akhirnya ibu dari Sa'ad juga masuk Islam.
Doanya Tidak Pernah Ditolak
Suatu ketika Rasullullah berada di tenda perang, Rasullullah menawarkan siapa di antara kalian yang ingin menjaga tendaku?, Kemudian Sa'ad mengajukan diri dan menjaga tenda tersebut.
Pada malam itu Sa'ad berfikir bahwa Rasullullah biasa bangun malam (qiyam al-Lail) untuk melakukan shalat, sehingga berinisiatif untuk mengambilkan bejana yang berisi air agar Rasullullah mudah untuk berwudhu'.
Benar, pada malam itu Rasullullah keluar tenda. Sa'ad tersenyum menyambut nya, kemudian mengatakan "Jika Rasulullah hendak mengambil wudhu' sudah saya sediakan airnya". Rasulullah kemudian mengambil wudhu', dan setelannya mengatakan.
"Wahai Sa'ad apa yang kamu minta, saya akan doakan", karena Sa'ad orang yang cerdas dia menjawab "Doakanlah agar doa-doa saya mustajab". Ungkap Sa'ad. Dan Rasulullah mendoakan dia. Kemudian berkata "Sa'ad bantu aku dengan apa yang kamu makan"
Sa'ad benar-benar menjaga makannya, sehingga semua doanya tidak pernah Allah tolak.
link